1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah global, dimana kemiskinan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Dalam konteks kesejahteraan social kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan . Oleh karena itu , kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apapun dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial serta harus dilakukan secara sungguh-sungguh, berkelanjutan, dan terpadu secara lintas sector.
Namun, kenyataannya masalah kemiskinan belum dapat dientaskan secara tuntas, terlihat adanya fluktuasi dalam jumlah. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari ekses pembangunan yang terjadi selama ini. Perlu kita sadari bahwa pembangunan yang dilakukan selama ini serta merta membawa dampak positif terhadap kehidupan manusia tersebut,namun juga membawa dampak negatif. Masalah kemiskinan muncul dimana-mana sebagai dampak dari pembangunan yang dilakukan. Dalam keadaan penduduk miskin tidak berdaya dalam menghadapi masalah internal dan eksternal , maka masalah kemiskinan yang dialaminya menjadi semakin sulit ditangani , karena beresiko menjadi kemiskinan budaya (culture poverty), tidak ada kemauan / pasrah /patah semangat (fatalistis) dan dalam keadaan situasi kritis cenderung melakukan tindakan asocial,berperilaku deskruktif atau melakukan tindak criminal.
Pada umumnya banyak hal / factor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi. Apakah kemiskinan itu terjadi karena individu itu sendiri yang menyebabkan ia miskin, culture bahkan system atau structural yang mengikatnya. Dalam situasi seperti ini dapat memberikan dampak yang cukup memprihatinkan khususnya Indonesia. Maka dari itu, dalam hal ini penulis akan membahas secara spesifik factor penyebab terjadinya kemiskinan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja ruang lingkup tentang kemiskinan secara garis besarnya?
1.2.2 Apa saja factor-faktor penyebab terjadinya masalah kemiskinan?
1.2.3 Apa saja factor penyebab kemiskinan yang terjadi khususnya di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian Kemiskinan yang ditugaskan
1.3.2 Untuk menjelaskantentang ruang lingkup kemiskinan secara garis besarnya
1.3.3 Untuk menjelaskan factor-faktor penyebab apa saja yang menyebabkan terjadinya masalah kemiskinan secara spesifik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kemiskinan |
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. (Wikipedia Bahasa Indonesia,Ensiklopedia bebas).
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai pandangan. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Berdasarkan hasil World Summit For Social development 1995, yang dikutip oleh Sadji Partoadmojo ditegaskan bahwa kemiskinan dapat berwujud:
- Rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif dalam kehidupan berkesinambungan
- Kelaparan dan kekurangan gizi
- Rendahnya derajat kesehatan
- Keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan pokok lainnya
- Kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat
- Kehidupan bergelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai
- Lingkungan yang tidak aman
- Diskriminasi dan keterasingan social
- Rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pembuatan keputusan dan dalam kehidupan sipil,social dan budaya
(Sadji , hal 2-4 2004).
2.2 Diskusi Tentang Kemiskinan
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Budaya.
- Dalam Ekonomi, dua jenis kemiskinan dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif.
- Dalam Politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dan lain-lain. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
- Dalam Hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
- Dalam Pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
2.3 Faktor- Faktor Penyebab kemiskinan
Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor. Jarang ditemukan kemiskinan hanya disebabkan oleh faktor tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bisa desebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain, seperti mengalami kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal, atau keterampilan berusaha, tidak tersedianya jaminan sosial (pensiun, kesehatan, kematian) atau hidup dilokasi terpencil dengan sumber daya alam dan infrastruktur yang terbatas.
v Kemiskinan banyak dihubungkan dengan beberapa hal,diantaranya:
- Penyebab Individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
- Penyebab Keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
- Penyebab Sub-Budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
- Penyebab Agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
- Penyebab Struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, David Cox (2004: 1-6) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi (lihat Suharto, 2008b) :
1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi melahirkan negara pemenang dan negara kalah. Pemenang umumnya adalah negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).
3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas akibat kondisi sosial yang tidak menguntungkan mereka, seperti bias jender, diskriminasi atau eksploitasi ekonomi.
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.
v Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam dua hal sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor- faktor internal ( dari dalam diri individu atau keluarga ) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain berupa kekurangmampuan dalam hal:
- Fisik (misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan)
- Intelektual (misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangtahuan informasi)
- Mental emosinal ( misalnya malas, mudah menyerah, putus asa dan temperamental)
- Spiritual (misalnya jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin)
- Sosial psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/stress, kurang relasi, kurang mapu mencar dukungan)
- Keterampilan (misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja)
- Asset ( misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja).
b. Faktor Eksternal
Faktor –faktor eksternal (berada diluar individu atau keluarga) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, antara lain :
- Terbatasnya pelayanan sosial dasar
- Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah
- Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal
- Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro
- Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak
- Sistem mobilitasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang optimal (seperti zakat)
- Dampak sosial negatif dari program penyesuaian structural ( structural adjustment program/SAP)
- Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
- Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana
- Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material
- Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata
- Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin
v Factor Penyebab Kemiskinan (Dawam Rahardja, 1995:146-147)
1. Tidak tersedia kesempatan kerja (Menganggur à tdk memperoleh penghasilan)
2. Upah gaji dibawah standar minimum
3. Produktivitas kerja yang rendah
4. Ketiadaan aset
5. Diskriminasi seks dalam upah kerja
6. Tekanan harga (harga ditetapkan oleh pembeli)
7. Penjualan tanah (untuk kepentingan konsumtif)
v Penyebab Kemiskinan lainnya :
Rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat
Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan
Ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik (powerlessness)
Ketidakmampuan menyampaikan aspirasi (voicelessness)
Masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia (human development)
2.4 Faktor Penyebab Kemiskinan di Indonesia
Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
· Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
· Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori beban ketergantungan. Tenaga kerja (manpower) dipilih pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Seangkan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya. Selanjutnya angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja maupun orang yang memilki pekerjaan namun sedang tidak bekerja. Adapun yang dimaksud dengan pengangguran adalah orang yang ridak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Pengangguran semacam ini oleh BPS dikatergorikan sebgai pengangguran terbuka. (Dumairy, 1996)
· Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpemdapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional makan ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata. (Dumairy, 1996).
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini disebut juga sebagai ketimpangan. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi. Penyebabnya sebagian adalah pada tingkat pendapatan rata ± rata bearapa pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau sumber kredit. Selain itu ketimpangan dapat menyebabkan alokasi aset yang tidak efisien. Ketimpangan yang tinggi menyebabkan penekanan yang terlalu tinggi pada pendidikan tinggi dengan mengorbankan kualitas universal pendidikan dasar, dan kemudian menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar. (Todaro, 2006).
Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk dan aspek atau dimensi. Bukan saja berupa ketimpangan hasil-hasilnya, misalnya dalam hal pendapatan per kapita tetapi juga ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Bukan pula semata-mata berupa ketimpangan spasial atau antar daerah tetapi ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional.
Ketimpangan sektoral dan regional dapat ditengarai antara lain dengan menelaah perbedaan mencolok dalam aspek ±aspek seperti penyerapan tenaga kerja, alokasi dana perbankan, investasi dan pertumbuhan.
Ketimpangan pertumbuhan antarsektor, khususnya antara sektor pertanian dan sektor industry pengolahan harus disikapi secara arif. Ketimpangan pertumbuhan sektoral ini bukanlah µkecelakaan¶ atau ekses pembangunan. Ketimpangan ini lebih kepada suatu hal yang terencana dan memang disengaja terkait dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai negara industry. Akan tetapi sampai sejauh manakah ketimpangan ini apat ditolerir? Pemerintah perlu memikirkan kembali perihal ketepatan keputusan menggunakan industrialisasi sebgai jalur pembangunan karena akan sangat berdampak bagi pendapatan penduduk dan selanjutnya kemiskinan. (Dumairy, 1996)
· Tingkat Pendidikan Yang Rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih banyak teanga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor produksi lain. ( Irawan, 1999)
· Kurangnya Perhatian Dari Pemerintah
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam konteks kesejahteraan social kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan . Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. (Wikipedia Bahasa Indonesia,Ensiklopedia bebas).
Pada umumnya banyak hal / factor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi. Apakah kemiskinan itu terjadi karena individu itu sendiri yang menyebabkan ia miskin, culture bahkan system atau structural yang mengikatnya. Dalam situasi seperti ini dapat memberikan dampak yang cukup memprihatinkan khususnya Indonesia.
ü Menurut Dawam Rahardja , 1995:146-147 factor penyebab Kemiskinan antara lain:
1. Tidak tersedia kesempatan kerja (Menganggur à tdk memperoleh penghasilan)
2. Upah gaji dibawah standar minimum
3. Produktivitas kerja yang rendah
4. Ketiadaan aset
5. Diskriminasi seks dalam upah kerja
6. Tekanan harga (harga ditetapkan oleh pembeli)
7. Penjualan tanah (untuk kepentingan konsumtif)
ü Secara khusus , kemiskinan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
· Laju Pertumbuhan Penduduk
· Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran
· Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
· Tingkat Pendidikan Yang Rendah
· Kurangnya Perhatian Dari Pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
- Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin.2005.Jakarta: Depsos RI
- Rifai Nur.Korelasi Antara Kemiskinan Dan Konflik Sosial.2004.Jakarta:LESSDEM Depsos RI.
- Suharto, Edi.Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia.2009.Bandung: Alfabeta.
- Http//www.google.ensiklopedia.kemiskinan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar