Selasa, 03 Januari 2012

kemiskinan dan faktor penyebabnya

   Latar Belakang

            Dewasa ini telah diakui secara luas bahwa kemiskinan yang parah di beberapa negara,merupakan salah satu  masalah yang berat dan kompleks di hadapi oleh umat manusia. Masalah kemiskinan memang telah lama  dan ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi.

 Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan kesehatan, dan kemudahan - kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.Pemerintah Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju dan mapan dari segi ekonomi tentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus segera diselesaikan disamping masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan, strukturisasi pemerintahan, inflasi, defisit anggaran dan lain lain.
            Pada tahun-tahun terakhir ini para cerdik-pandai dan lembaga-lembaga perguruan tinggi,memberikan perhatian secara serius dan sistematis pada luasnya kemiskinan,definisi kemiskinan,dan sebab –musabab kemiskinan.Memang benar bahwa masalah kemiskinan telah di bahas sejak berabd-abad yang lalu,namun adalah benar pula bahwa stdi secara sitematis tentang kemiskinan merupakan upaya yang realatif baru. Perhatian yang diberikan pada penderitaan yang dahsyat(kemiskinan) ini dan perkembangannya di berbagai belahan bumi selama dasawarsayang terakhir ini,telah menghasilkan beberapa studi yang penting dan amat berguna bagi para cerdik pandai,para pembuat kebijaksanaan,dan mereka yang mengemban tugas mengatur dan menilai program-program untuk menanggulangi berbagai aspek kemiskinan.

       Masalah kemiskinan yang dihadapi di setiap negara akan selalu di barengi dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan pengangguran, ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional maupun pembangunan, dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing di dunia kerja dewasa ini.
           



            Harus dicatat pula bahwa badan-badan Internasional untuk bantuan teknis,termasuk Bank Dunia dan Bank Pembangunan Regional secara terus-menerus menandaskan bahwa tujuan-tujuan dari program bantuan internasional adalah untuk menangani masalah “ keadilan atau pemerataan”  dan menangani langsung masalah yang dihadapi oleh “orang yang termiskin diantara yang miskin”.Harus pula dicatat, bahwa belum ada kesepakatan yang universal mengenai apakah program ini sudah berhasil atau belumdan apakah hasil-hasilnya betul-betul dinikmati oleh penduduk yang berhak mennerima bantuan tersebut ataukah tidak.
            Ini mengisyaratkan bahwa masalah kemiskinan semakin hari semakin banyak perhatian, selain itu masalah kemiskinan juga semakin kompleks sehingga terkadang pemerintah di dalam suatu  negara untuk menetaskan masalah kemiskinan ini masih membutuhkan bantuan dari nengara lain atau dari perserikatan bangsa-bangsa tersebut karena kurangnya kemampuan negara itu untuk menanganinya dalam hal ini lebih bersifata materi, terutama bagi negara-negara berkembang.

            Perlu pantauan dan pengontrolan yang baik dari pemerintah terhadap bantuan yang telah diberikan, apakah sudah terealisasikan dengan baik,apakah program yang ingin dijalankan sudah sesuai dengan sasaran mereka yang benar-benar miskin,dan di harapkan adanya kadilan dan pemerataan bagi semuanya. Agar permasalahan mengenai kemiskinan ini dapat di hentikan ataupun di kurangi sehingga membuat warga mendaptkan tingkat kesejahteraan yang merata.











                                                                        BAB II
 PEMBAHASAN

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN DI INDONESIA
Secara ekonomis, kemiskinan menggambarkan keadaan rumah-tangga atau penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup tertentu.Pembatas yang digunakansebagai ukuran,sekalipun bersifat objektif tetap mengandung kenisbian karena”kebutuhan hidup tertentu” bisa berbeda menurut ruang,waktu dan kebiasaan masyarakat.Oleh karena itu, pembatas yang lebih dikenal sebagai garis kemiskinan merupakan hasil persepsi dan kesepakatan yang bisa berbeda dari suatu masyarakat yang sama dalam waktu yang berlainan,atau bahkan bisaberbeda antara persepsi seseorang dengan orang lainnya di masyarakat dan waktu yang sama.
Ada berbagai ukuran yang sudah baku untuk menggambarkan dimensi kemiskinan, dua diantaranya yang paling umum digunakan.Pertama tingkat kemiskinan (headcount index) dihiitung sebagai proporsi penduduk miskin yang hidup di bawah garus kemiskinan.Kedua jurang kemiskinan (poverty gap index) menggambarkan “kedalaman” kemiskinan dari penduduk miskin.Ukuran  ini menunjukkan berapa selisih rata-rata tingkat kehidupan penduduk miskin dengan garis kemiskinan, dinyatakan dalam persentase terhadap garis kemiskinan.
            Ukuran-ukuran tersebut tentu saja sekedar menunjukkan “potret”  besaran dan kedalaman kemiskinan.Pemahaman lebih jauh membutuhkan jawaban mengenai “profil” penduduk miskin  itu dan bagaimana menjelaskan  mengapa mereka miskin. .Profil penduduk miskin bukan saja memberi petunjuk di bidang kegiatan apa saja kelompok penduduk miskin bekerja tetapi menggambarkan pula beberapa ciri menyangkut penguasaan sumberdaya bersifat tautologis.
            Kita mengetahui bahwa tingkat kemiskinan  hanya menggambarkan salah satu kutub dari sosok distrubusi pendapatan..Di kutub lain ada kelompok penduduk yang berpendapatan tinggi, disamping kelompok kelompok berpendapatan menengah.Ketiga kelompok ini,sekurang-kurangnya,secara bersama menggambarkan distrubusi pendapatan.Jadi lumrah saja jika pertambahan ekonomi seiring dengan perbaikan tingkat kemiskinan tetapi pada saat yang sama distribusi pendapatan menurun.
            Berbeda dengan tingkat kemiskina,tidak tersedia data yang memadai untuk mengukur perubahan distribusi pendapatan. SUSENAS yang  menyajikan  jumlah dan kompisi pengeluaran konsumsi rumah tangga sekalipun cukup baik untuk mengukur tingkat kemiskinan namun tidak meliput jumlah tabungan yang justru menyangkut rumah tangga yang kaya.Sekalipun tersedia juga informasi mengenai pendapatan,namun data pendataan tersebut dianggapkurang akurat di banding dengan data pengeluaran konsumsi.

FAKTOR-FAKTOR  PENYEBAB  KEMISKINAN
Faktor penyebab  kemiskinan atau mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan  menurut Emil Salim , yaitu:
a)      Tidak memiliki faktor produksi
Mereka umumnya tidak memilki faktor produksi sendiri,seperti tanah yang cukup,modal ataupun ketrampilan .Faktor produksi yang dimilki sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas .
b)      Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha.Sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbangkan, seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain,sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat pelunasan yang berat dan memungut bunga yang tinggi.
c)      Tingkat pendidikan mereka rendah,tak sampai tamat sekolah dasar.
Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar.Juga anak-anak mereka tidak bisa menyelesaikan sekolah ,karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah,sehingga secara turun-temurun mereka terjeratdalam keterbelakangan di bawah garis kemiskinan ini.
d)     Kebanyakaan mereka tinggal di pedesaan.
Banyak diantara mereka tidak memilki tanah,kalaupun ada maka itu sangat kecil sekali.Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian.karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin.Banyak di antara mereka lalu menjadi pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja.Dalam keadaan penawaran tenaga kerjayang besar, maka tingkat upah menjadi  rendah sehingga mengurung mereka di garis kemiskinan.Didorong oleh kesulitan hidup di desa maka banyak di antara mereka mencoba berusaha di kota (urbanisasi).
e)      Hidup di kota dengan kurangnya ketrampilan dan pendidikan
Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai ketrampilan (skill) atau pendidikan,sedangkan kota banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa ini. Apabila di negara maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di kota,maka proses urbanisasi di negara berkembang tidak  disertai dengan penyerapan tenaga dalam perkembangan industri.Bahkan sebaliknya,perkembangan teknologi di kota-kota negara berkembang justru menampik penyerapan lebih banyak tenaga kerja,sehingga penduduk miskin  yang pindah ke kota terdampar dalam kantong-kantong kemelaratan yang justru membuat mereka tambah miskin.


Faktor Penyebab Kemiskinan menurut Bank Dunia :

a)      Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal
b)      Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar dan prasarana
c)      Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor
d)     Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung
e)       Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern)
f)       Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan  modal dalam  masyarakat.
g)       Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelolah sumber daya alam dan lingkungannya.
h)      Tidak adanya tata pemerintah yang bersih dan baik (good governance)
i)        Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkunagan   

Faktor-faktor Penyebab  Kemiskinan menurut  buku  ( Edis Suharto,Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia)

1.      Faktor Ekonomi :
Yakni turunnya pertumbuhan ekonomi,akibat adanya inflasi,refresi dan sebagainya,menimbulkan kemiskinan ,sehingga kemsikinan relatiif  dam absoulut semakin bertambah.Kemiskinan akibat perekonomian dapat  diselesaikan diatasi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan merata.
Disamping itu pertumbuhan ekonomi juga kelangkaan sumber-sumber daya ekonomi merupakan salah satu sebab timbulnya kemiskinan.

2.      Faktor Individual :
Terkait dengan aspek patalogi, termasuk kondisi fisik dan psikologis di miskin.
Orang yang menjadi miskin karena adanya kecacatan pribadi,dalam arti fisik,mental(attitude),malas,tidak jujur,merasa terasing sehingga mereka tidak dapat mencari pekerjaan.

3.      Faktor Sosial :
Kondisi-kondisi lingkungan sosial  yang menjebak orang menjadi miskin. Misalnya terdapat deskriminasi ,berdasarkian usia,jender,etnis,yang menyebabkan orang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini ialah kondisi sosial keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.

4.      Faktor Kultural
Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk konsep “kemiskinan kultural” atau budaya kemiskinan.Menghubungkan dengan penelitianOscar Lewis  di Amerika Latin : bahwa memang ada apa yang disebut kebudayaan kemsikinan,yaitu pola kehidupan masyarakat yang mencerminkan pola hidup apatis,ketidak jujuran,ketergantunga,motivasi yang rendah,ketidak stabilan keluarga dsb.
Kebudayaan kemiskinan merupakan ciri dari suatu negara msikin .

5.      Faktor Struktural
Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil ,tidak sensitif,dan tidak accessible  sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.Sebagai contoh , sistem ekonomi neoriberalisme yang diterapkan di Indonesia  telah menyebabkan para petani,nelayan,dan pekerja sektor informal  terjerat oleh, dan sulit keluar dari kemiskinan.Sebaliknya,stimulus ekonomi pajak dan iklim investasi  lebih menguntungkan orang kaya dan pemodal  asing untuk terusdapat memumupk kekayaan.





Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan yang lain :

Ø  Faktor Keluarga
Penyebab  keluarga bukan lagi faktor individu yang sering dilontarkan oleh kelompok yang mengatakan kemiskinan tidak akan timbul jika adanya kemauan kuat dari dirinya. Faktor ini menghubungkan kemiskinan karena keadaan dan pendidikan keluarga.
Ø  Faktor Agensi
Penyebab agensi sosial melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Misalnya, keputusan pemerintahan di suatu negara  untuk  berperang bisa menyebabkan turunnya kesejahteraan rakyat. Bukan hanya terjadi pada negara yang diserangnya, melainkan berdampak besar pula terhadap negaranya sendiri. Perekonomian dan kas negara yang seharusnya dianggarkan untuk perekonomian, pendidikan, dan kesehatan, akan terserap untuk kebijakan perang tersebut.




















BAB III
       PENUTUP

Konsep kemiskinan yang dianut secara resmi mengacu pada kemampuan penduduk memenuhi tingkat kehidupan tertentu. Dalam hal ini tingkat kehidupan didekati dengan pemenuhan konsumsi sekelompok bahan makanan dan bukan makanan. Sekalipun konsep ini terasa bias ekonomi tetapi gaya hidup dan kebiasaan konsumsi merupakan fenomena sosio-ekonomis.Kebiasaan menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok akan mempengaruhi pengeluaran minimum untuk memnuhi jumlah kalori tertentu .Dan keadaan inipun ditentukan oleh irama kerja yang terbentuk di masyarakat .
Sehingga dari keadaan diatas dapat dikelompokkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah Faktor ekonomi,faktor pribadi,faktor keluarga,faktor sosial,faktor kultural,faktor struktural,serta faktor agensi, sehingga menyebabkan orang menjadi miskin yang memerlukan strategi atau cara serta kebijakan yang tepat terhadap pengentasan permasalahan tersebut agar tidak semakin parah dan bertambah banyak.



DAFTAR PUSTAKA

Edi Suharto, Ph.D. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung ; Alfabeta.
Andre Bayo Ala,Drs.1981.Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskina; Liberty,Yogya.
Aditya .1995 . Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia.; Aditya Media.
Modul Drs.Soetarso MSW.Tingkat IV.1982.


Makalah Kemiskinan


1.1  Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah global, dimana kemiskinan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Dalam konteks kesejahteraan social kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan . Oleh karena itu , kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apapun dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial serta harus dilakukan secara sungguh-sungguh, berkelanjutan, dan terpadu secara lintas sector.
Namun, kenyataannya masalah kemiskinan belum dapat dientaskan secara tuntas, terlihat adanya fluktuasi dalam jumlah. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari ekses pembangunan yang terjadi selama ini. Perlu kita sadari bahwa pembangunan yang dilakukan selama ini serta merta membawa dampak positif terhadap kehidupan manusia tersebut,namun juga membawa dampak negatif. Masalah kemiskinan muncul dimana-mana sebagai dampak dari pembangunan yang dilakukan. Dalam keadaan penduduk miskin tidak berdaya dalam menghadapi masalah internal dan eksternal , maka masalah kemiskinan yang dialaminya menjadi semakin sulit ditangani , karena beresiko menjadi kemiskinan budaya (culture poverty), tidak ada kemauan / pasrah /patah semangat (fatalistis) dan dalam keadaan situasi kritis cenderung melakukan tindakan asocial,berperilaku deskruktif atau melakukan tindak criminal.
Pada umumnya banyak hal / factor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi. Apakah kemiskinan itu terjadi karena individu itu sendiri yang menyebabkan ia miskin, culture bahkan system atau structural yang mengikatnya. Dalam situasi seperti ini dapat memberikan dampak yang cukup memprihatinkan khususnya Indonesia. Maka dari itu, dalam hal ini penulis akan membahas secara spesifik factor penyebab terjadinya kemiskinan.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja ruang lingkup tentang kemiskinan secara garis besarnya?
1.2.2        Apa saja factor-faktor penyebab terjadinya masalah kemiskinan?
1.2.3        Apa saja factor penyebab kemiskinan yang terjadi khususnya di Indonesia?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian Kemiskinan yang ditugaskan
1.3.2        Untuk menjelaskantentang  ruang lingkup kemiskinan secara garis besarnya
1.3.3        Untuk menjelaskan factor-faktor penyebab apa saja yang menyebabkan terjadinya masalah kemiskinan secara spesifik.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. (Wikipedia Bahasa Indonesia,Ensiklopedia bebas).
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai pandangan. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Berdasarkan hasil World Summit For Social development 1995, yang dikutip oleh Sadji Partoadmojo ditegaskan bahwa kemiskinan dapat berwujud:
-         Rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif dalam kehidupan berkesinambungan
-         Kelaparan dan kekurangan gizi
-         Rendahnya derajat kesehatan
-         Keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan pokok lainnya
-         Kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat
-         Kehidupan bergelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai
-         Lingkungan yang tidak aman
-         Diskriminasi dan keterasingan social
-         Rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pembuatan keputusan dan dalam kehidupan sipil,social dan budaya
(Sadji , hal 2-4 2004).

2.2 Diskusi Tentang Kemiskinan
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Budaya.
  • Dalam Politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dan lain-lain. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
  • Dalam Hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
  • Dalam Pendidikan, kemiskinan mempengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan jadwal makan yang teratur membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.

2.3 Faktor- Faktor Penyebab kemiskinan


Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor. Jarang ditemukan kemiskinan hanya disebabkan oleh faktor tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bisa desebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain, seperti mengalami kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal, atau keterampilan berusaha, tidak tersedianya jaminan sosial (pensiun, kesehatan, kematian) atau hidup dilokasi terpencil dengan sumber daya alam dan infrastruktur yang terbatas.
v  Kemiskinan banyak dihubungkan dengan beberapa hal,diantaranya:
  • Penyebab Individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
  • Penyebab Keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
  • Penyebab Sub-Budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
  • Penyebab Agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
  • Penyebab Struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, David Cox (2004: 1-6) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi (lihat Suharto, 2008b) :
1.      Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi melahirkan negara pemenang dan negara kalah. Pemenang umumnya adalah negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
2.      Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).
3.      Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas akibat kondisi sosial yang tidak menguntungkan mereka, seperti bias jender, diskriminasi atau eksploitasi ekonomi.
4.      Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

v  Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam dua hal sebagai berikut:
a.       Faktor Internal
Faktor- faktor internal ( dari dalam diri individu atau keluarga ) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain berupa kekurangmampuan dalam hal:
-         Fisik (misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan)
-         Intelektual (misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangtahuan informasi)
-         Mental emosinal ( misalnya malas, mudah menyerah, putus asa dan temperamental)
-         Spiritual (misalnya jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin)
-         Sosial psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/stress, kurang relasi, kurang mapu mencar dukungan)
-         Keterampilan (misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja)
-         Asset ( misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja).

b.      Faktor Eksternal
Faktor –faktor eksternal (berada diluar individu atau keluarga) yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, antara lain :
-         Terbatasnya pelayanan sosial dasar
-         Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah
-         Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal
-         Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro
-         Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak
-         Sistem mobilitasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang optimal (seperti zakat)
-         Dampak sosial negatif dari program penyesuaian structural ( structural adjustment program/SAP)
-         Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
-         Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana
-         Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material
-         Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata
-         Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin

v  Factor Penyebab Kemiskinan (Dawam Rahardja, 1995:146-147)
1.      Tidak tersedia kesempatan kerja (Menganggur à tdk memperoleh penghasilan)
2.      Upah gaji dibawah standar minimum
3.      Produktivitas kerja yang rendah
4.      Ketiadaan aset
5.      Diskriminasi seks dalam upah kerja
6.      Tekanan harga (harga ditetapkan oleh pembeli)
7.      Penjualan tanah (untuk kepentingan konsumtif)

v  Penyebab Kemiskinan lainnya :
  Rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat
  Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan
  Ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik (powerlessness)
  Ketidakmampuan menyampaikan aspirasi (voicelessness)
  Masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia (human development)

2.4 Faktor Penyebab Kemiskinan di Indonesia
Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
·        Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
·        Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan bukan tenaga kerja yang selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori beban ketergantungan.  Tenaga kerja (manpower) dipilih pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Seangkan yang termasuk sebagai bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja dalam usia kerja yang tidak sedang bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta orang yang menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.  Selanjutnya angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja maupun orang yang memilki pekerjaan namun sedang tidak bekerja. Adapun yang dimaksud dengan pengangguran adalah orang yang ridak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Pengangguran semacam ini oleh BPS dikatergorikan sebgai pengangguran terbuka. (Dumairy, 1996)
·        Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpemdapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional makan ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata. (Dumairy, 1996).
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini disebut juga sebagai ketimpangan. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi. Penyebabnya sebagian adalah pada tingkat pendapatan rata ± rata bearapa pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau sumber kredit. Selain itu ketimpangan dapat menyebabkan alokasi aset yang tidak efisien. Ketimpangan yang tinggi menyebabkan penekanan yang terlalu tinggi pada pendidikan tinggi dengan mengorbankan kualitas universal pendidikan dasar, dan kemudian menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar. (Todaro, 2006).
Ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk dan aspek atau dimensi. Bukan saja berupa ketimpangan hasil-hasilnya, misalnya dalam hal pendapatan per kapita tetapi juga ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Bukan pula semata-mata berupa ketimpangan spasial atau antar daerah tetapi ketimpangan sektoral dan ketimpangan regional.
Ketimpangan sektoral dan regional dapat ditengarai antara lain dengan menelaah perbedaan mencolok dalam aspek ±aspek seperti penyerapan tenaga kerja, alokasi dana perbankan, investasi dan pertumbuhan.
Ketimpangan pertumbuhan antarsektor, khususnya antara sektor pertanian dan sektor industry pengolahan harus disikapi secara arif. Ketimpangan pertumbuhan sektoral ini bukanlah µkecelakaan¶ atau ekses pembangunan. Ketimpangan ini lebih kepada suatu hal yang terencana dan memang disengaja terkait dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai negara industry. Akan tetapi sampai sejauh manakah ketimpangan ini apat ditolerir? Pemerintah perlu memikirkan kembali perihal ketepatan keputusan menggunakan industrialisasi sebgai jalur pembangunan karena akan sangat berdampak bagi pendapatan penduduk dan selanjutnya kemiskinan. (Dumairy, 1996)

·        Tingkat Pendidikan Yang Rendah
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibuthkan lebih banyak teanga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Menurut Schumaker pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor produksi lain. ( Irawan, 1999)

·        Kurangnya Perhatian Dari Pemerintah
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam konteks kesejahteraan social kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan . Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. (Wikipedia Bahasa Indonesia,Ensiklopedia bebas).
Pada umumnya banyak hal / factor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi. Apakah kemiskinan itu terjadi karena individu itu sendiri yang menyebabkan ia miskin, culture bahkan system atau structural yang mengikatnya. Dalam situasi seperti ini dapat memberikan dampak yang cukup memprihatinkan khususnya Indonesia.
ü  Menurut Dawam Rahardja , 1995:146-147 factor penyebab Kemiskinan antara lain:
1.      Tidak tersedia kesempatan kerja (Menganggur à tdk memperoleh penghasilan)
2.      Upah gaji dibawah standar minimum
3.      Produktivitas kerja yang rendah
4.      Ketiadaan aset
5.      Diskriminasi seks dalam upah kerja
6.      Tekanan harga (harga ditetapkan oleh pembeli)
7.      Penjualan tanah (untuk kepentingan konsumtif)
ü  Secara khusus , kemiskinan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
·        Laju Pertumbuhan Penduduk
·        Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran
·        Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan
·        Tingkat Pendidikan Yang Rendah
·        Kurangnya Perhatian Dari Pemerintah

DAFTAR PUSTAKA

-      Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin.2005.Jakarta: Depsos RI
-      Rifai Nur.Korelasi Antara Kemiskinan Dan Konflik Sosial.2004.Jakarta:LESSDEM Depsos RI.
-      Suharto, Edi.Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia.2009.Bandung: Alfabeta.
-      Http//www.google.ensiklopedia.kemiskinan.com