Dewasa ini telah diakui secara luas bahwa kemiskinan yang parah di beberapa negara,merupakan salah satu masalah yang berat dan kompleks di hadapi oleh umat manusia. Masalah kemiskinan memang telah lama dan ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi.
Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan kesehatan, dan kemudahan - kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.Pemerintah Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju dan mapan dari segi ekonomi tentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus segera diselesaikan disamping masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan, strukturisasi pemerintahan, inflasi, defisit anggaran dan lain lain.
Pada tahun-tahun terakhir ini para cerdik-pandai dan lembaga-lembaga perguruan tinggi,memberikan perhatian secara serius dan sistematis pada luasnya kemiskinan,definisi kemiskinan,dan sebab –musabab kemiskinan.Memang benar bahwa masalah kemiskinan telah di bahas sejak berabd-abad yang lalu,namun adalah benar pula bahwa stdi secara sitematis tentang kemiskinan merupakan upaya yang realatif baru. Perhatian yang diberikan pada penderitaan yang dahsyat(kemiskinan) ini dan perkembangannya di berbagai belahan bumi selama dasawarsayang terakhir ini,telah menghasilkan beberapa studi yang penting dan amat berguna bagi para cerdik pandai,para pembuat kebijaksanaan,dan mereka yang mengemban tugas mengatur dan menilai program-program untuk menanggulangi berbagai aspek kemiskinan.
Masalah kemiskinan yang dihadapi di setiap negara akan selalu di barengi dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan pengangguran, ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional maupun pembangunan, dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing di dunia kerja dewasa ini.
Harus dicatat pula bahwa badan-badan Internasional untuk bantuan teknis,termasuk Bank Dunia dan Bank Pembangunan Regional secara terus-menerus menandaskan bahwa tujuan-tujuan dari program bantuan internasional adalah untuk menangani masalah “ keadilan atau pemerataan” dan menangani langsung masalah yang dihadapi oleh “orang yang termiskin diantara yang miskin”.Harus pula dicatat, bahwa belum ada kesepakatan yang universal mengenai apakah program ini sudah berhasil atau belumdan apakah hasil-hasilnya betul-betul dinikmati oleh penduduk yang berhak mennerima bantuan tersebut ataukah tidak.
Ini mengisyaratkan bahwa masalah kemiskinan semakin hari semakin banyak perhatian, selain itu masalah kemiskinan juga semakin kompleks sehingga terkadang pemerintah di dalam suatu negara untuk menetaskan masalah kemiskinan ini masih membutuhkan bantuan dari nengara lain atau dari perserikatan bangsa-bangsa tersebut karena kurangnya kemampuan negara itu untuk menanganinya dalam hal ini lebih bersifata materi, terutama bagi negara-negara berkembang.
Perlu pantauan dan pengontrolan yang baik dari pemerintah terhadap bantuan yang telah diberikan, apakah sudah terealisasikan dengan baik,apakah program yang ingin dijalankan sudah sesuai dengan sasaran mereka yang benar-benar miskin,dan di harapkan adanya kadilan dan pemerataan bagi semuanya. Agar permasalahan mengenai kemiskinan ini dapat di hentikan ataupun di kurangi sehingga membuat warga mendaptkan tingkat kesejahteraan yang merata.
BAB II
PEMBAHASAN
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN DI INDONESIA
Secara ekonomis, kemiskinan menggambarkan keadaan rumah-tangga atau penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup tertentu.Pembatas yang digunakansebagai ukuran,sekalipun bersifat objektif tetap mengandung kenisbian karena”kebutuhan hidup tertentu” bisa berbeda menurut ruang,waktu dan kebiasaan masyarakat.Oleh karena itu, pembatas yang lebih dikenal sebagai garis kemiskinan merupakan hasil persepsi dan kesepakatan yang bisa berbeda dari suatu masyarakat yang sama dalam waktu yang berlainan,atau bahkan bisaberbeda antara persepsi seseorang dengan orang lainnya di masyarakat dan waktu yang sama.
Ada berbagai ukuran yang sudah baku untuk menggambarkan dimensi kemiskinan, dua diantaranya yang paling umum digunakan.Pertama tingkat kemiskinan (headcount index) dihiitung sebagai proporsi penduduk miskin yang hidup di bawah garus kemiskinan.Kedua jurang kemiskinan (poverty gap index) menggambarkan “kedalaman” kemiskinan dari penduduk miskin.Ukuran ini menunjukkan berapa selisih rata-rata tingkat kehidupan penduduk miskin dengan garis kemiskinan, dinyatakan dalam persentase terhadap garis kemiskinan.
Ukuran-ukuran tersebut tentu saja sekedar menunjukkan “potret” besaran dan kedalaman kemiskinan.Pemahaman lebih jauh membutuhkan jawaban mengenai “profil” penduduk miskin itu dan bagaimana menjelaskan mengapa mereka miskin. .Profil penduduk miskin bukan saja memberi petunjuk di bidang kegiatan apa saja kelompok penduduk miskin bekerja tetapi menggambarkan pula beberapa ciri menyangkut penguasaan sumberdaya bersifat tautologis.
Kita mengetahui bahwa tingkat kemiskinan hanya menggambarkan salah satu kutub dari sosok distrubusi pendapatan..Di kutub lain ada kelompok penduduk yang berpendapatan tinggi, disamping kelompok kelompok berpendapatan menengah.Ketiga kelompok ini,sekurang-kurangnya,secara bersama menggambarkan distrubusi pendapatan.Jadi lumrah saja jika pertambahan ekonomi seiring dengan perbaikan tingkat kemiskinan tetapi pada saat yang sama distribusi pendapatan menurun.
Berbeda dengan tingkat kemiskina,tidak tersedia data yang memadai untuk mengukur perubahan distribusi pendapatan. SUSENAS yang menyajikan jumlah dan kompisi pengeluaran konsumsi rumah tangga sekalipun cukup baik untuk mengukur tingkat kemiskinan namun tidak meliput jumlah tabungan yang justru menyangkut rumah tangga yang kaya.Sekalipun tersedia juga informasi mengenai pendapatan,namun data pendataan tersebut dianggapkurang akurat di banding dengan data pengeluaran konsumsi.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Faktor penyebab kemiskinan atau mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan menurut Emil Salim , yaitu:
a) Tidak memiliki faktor produksi
Mereka umumnya tidak memilki faktor produksi sendiri,seperti tanah yang cukup,modal ataupun ketrampilan .Faktor produksi yang dimilki sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas .
b) Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha.Sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbangkan, seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain,sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat pelunasan yang berat dan memungut bunga yang tinggi.
c) Tingkat pendidikan mereka rendah,tak sampai tamat sekolah dasar.
Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar.Juga anak-anak mereka tidak bisa menyelesaikan sekolah ,karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah,sehingga secara turun-temurun mereka terjeratdalam keterbelakangan di bawah garis kemiskinan ini.
d) Kebanyakaan mereka tinggal di pedesaan.
Banyak diantara mereka tidak memilki tanah,kalaupun ada maka itu sangat kecil sekali.Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian.karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin.Banyak di antara mereka lalu menjadi pekerja bebas (self employed) berusaha apa saja.Dalam keadaan penawaran tenaga kerjayang besar, maka tingkat upah menjadi rendah sehingga mengurung mereka di garis kemiskinan.Didorong oleh kesulitan hidup di desa maka banyak di antara mereka mencoba berusaha di kota (urbanisasi).
e) Hidup di kota dengan kurangnya ketrampilan dan pendidikan
Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai ketrampilan (skill) atau pendidikan,sedangkan kota banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa ini. Apabila di negara maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di kota,maka proses urbanisasi di negara berkembang tidak disertai dengan penyerapan tenaga dalam perkembangan industri.Bahkan sebaliknya,perkembangan teknologi di kota-kota negara berkembang justru menampik penyerapan lebih banyak tenaga kerja,sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota terdampar dalam kantong-kantong kemelaratan yang justru membuat mereka tambah miskin.
Faktor Penyebab Kemiskinan menurut Bank Dunia :
a) Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal
b) Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar dan prasarana
c) Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor
d) Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung
e) Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern)
f) Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat.
g) Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelolah sumber daya alam dan lingkungannya.
h) Tidak adanya tata pemerintah yang bersih dan baik (good governance)
i) Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkunagan
Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan menurut buku ( Edis Suharto,Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia)
1. Faktor Ekonomi :
Yakni turunnya pertumbuhan ekonomi,akibat adanya inflasi,refresi dan sebagainya,menimbulkan kemiskinan ,sehingga kemsikinan relatiif dam absoulut semakin bertambah.Kemiskinan akibat perekonomian dapat diselesaikan diatasi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan merata.
Disamping itu pertumbuhan ekonomi juga kelangkaan sumber-sumber daya ekonomi merupakan salah satu sebab timbulnya kemiskinan.
2. Faktor Individual :
Terkait dengan aspek patalogi, termasuk kondisi fisik dan psikologis di miskin.
Orang yang menjadi miskin karena adanya kecacatan pribadi,dalam arti fisik,mental(attitude),malas,tidak jujur,merasa terasing sehingga mereka tidak dapat mencari pekerjaan.
3. Faktor Sosial :
Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak orang menjadi miskin. Misalnya terdapat deskriminasi ,berdasarkian usia,jender,etnis,yang menyebabkan orang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini ialah kondisi sosial keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.
4. Faktor Kultural
Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk konsep “kemiskinan kultural” atau budaya kemiskinan.Menghubungkan dengan penelitianOscar Lewis di Amerika Latin : bahwa memang ada apa yang disebut kebudayaan kemsikinan,yaitu pola kehidupan masyarakat yang mencerminkan pola hidup apatis,ketidak jujuran,ketergantunga,motivasi yang rendah,ketidak stabilan keluarga dsb.
Kebudayaan kemiskinan merupakan ciri dari suatu negara msikin .
5. Faktor Struktural
Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil ,tidak sensitif,dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.Sebagai contoh , sistem ekonomi neoriberalisme yang diterapkan di Indonesia telah menyebabkan para petani,nelayan,dan pekerja sektor informal terjerat oleh, dan sulit keluar dari kemiskinan.Sebaliknya,stimulus ekonomi pajak dan iklim investasi lebih menguntungkan orang kaya dan pemodal asing untuk terusdapat memumupk kekayaan.
Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan yang lain :
Ø Faktor Keluarga
Penyebab keluarga bukan lagi faktor individu yang sering dilontarkan oleh kelompok yang mengatakan kemiskinan tidak akan timbul jika adanya kemauan kuat dari dirinya. Faktor ini menghubungkan kemiskinan karena keadaan dan pendidikan keluarga.
Ø Faktor Agensi
Penyebab agensi sosial melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Misalnya, keputusan pemerintahan di suatu negara untuk berperang bisa menyebabkan turunnya kesejahteraan rakyat. Bukan hanya terjadi pada negara yang diserangnya, melainkan berdampak besar pula terhadap negaranya sendiri. Perekonomian dan kas negara yang seharusnya dianggarkan untuk perekonomian, pendidikan, dan kesehatan, akan terserap untuk kebijakan perang tersebut.
BAB III
PENUTUP
Konsep kemiskinan yang dianut secara resmi mengacu pada kemampuan penduduk memenuhi tingkat kehidupan tertentu. Dalam hal ini tingkat kehidupan didekati dengan pemenuhan konsumsi sekelompok bahan makanan dan bukan makanan. Sekalipun konsep ini terasa bias ekonomi tetapi gaya hidup dan kebiasaan konsumsi merupakan fenomena sosio-ekonomis.Kebiasaan menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok akan mempengaruhi pengeluaran minimum untuk memnuhi jumlah kalori tertentu .Dan keadaan inipun ditentukan oleh irama kerja yang terbentuk di masyarakat .
Sehingga dari keadaan diatas dapat dikelompokkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah Faktor ekonomi,faktor pribadi,faktor keluarga,faktor sosial,faktor kultural,faktor struktural,serta faktor agensi, sehingga menyebabkan orang menjadi miskin yang memerlukan strategi atau cara serta kebijakan yang tepat terhadap pengentasan permasalahan tersebut agar tidak semakin parah dan bertambah banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Edi Suharto, Ph.D. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung ; Alfabeta.
Andre Bayo Ala,Drs.1981.Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskina; Liberty,Yogya.
Aditya .1995 . Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia.; Aditya Media.
Modul Drs.Soetarso MSW.Tingkat IV.1982.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar